gdpermana' blog

"The Simple Blog..."

7:29 AM

UKM vs China-ASEAN FTA

Diposkan oleh Admin


China…

Negara dengan sebutan Tirai Bambu ini mungkin tidak akan memakai tirai bambu lagi untuk sebutan Negara ini. Perlahan tapi pasti china mulai bangkit meninggalkan Negara-negara Asia lainnya dan ingin menjadi trade leader of ASIA dan tidak mustahil akan menjadi Trade Leader in The World seperti Jerman.

Adalah CAFTA yang bakal mewujudkan impian China untuk menjadi Leading di Asia dalam halam hal Ekspor atau perdagangan dan ekonomi secara makro. Disisi lain, mungkin Indonesia bakal menjadi Negara dengan pengangguran terbanyak, kenapa demikian, karena melihat dari klausul Free Trade Agrement per 1 januari 2010 Pemerintah Indonesia dengan sangat jelas dan pasti tidak membebani Bea Masuk kepada China alias 0%. Barang-barang china bebas melenggang masuk ke Indonesia tanpa “saringan” walaupun hanya 0,0001 % misalnya.

Dengan tanpa beban Bea-Masuk ke pasar Indonesia tentu serbuan produk-produk china semakin deras di pasaran. Tanpa ada FTA barang China sudah sangat banyak di pasaran lalu apa jadinya kalau klausul FTA sedikit pun Indonesia tidak memberikan pajak untuk produk china ini, maka yang akan terkena dampaknya secara langsung adalah Usaha Kecil dan Menengah. Mereka akan tergerus oleh gelombang produk-produk China yang sangat murah, dengan ini UKM dipaksa harus lebih kreatif lagi untuk menanggulangi ancaman kekalahan UKM di pasar negerinya sendiri.

Ini seperti tidak sejalan dengan program pemerintah yang ingin mengembangkan UKM melalui program KUR (Kredit Usaha Rakyat) nya, dengan keadaan seperti ini Pemerintah harus mempunyai antisipasi atau pencegahan agar UKM-UKM tidak menutup “lapaknya”. Dari kutipan yang saya dapat di Suara Karya Online (13/1)

“Demikianlah posisi kita, Indonesia, dalam kerangka FTA ASEAN-China. Kita tidak mengecilkan eksistensi. Akan tetapi, marilah realistis dan berpijak pada fakta. Lama sebelum FTA ASEAN-China direalisasikan, pasar kita sudah dipadati aneka produk China. Tidak sedikit unit bisnis kita yang terpaksa harus tutup karena tak kuat menghadapi serbuan produk China. Dari situ, kita sudah merasakan bahwa berdasarkan kinerja ekonomi terkini kedua negara, kemitraan RI-China dalam kerangka FTA jelas tidak berimbang. Jika pemerintah menerima begitu saja jadwal waktu realisasi FTA ASEAN-China, bukan hanya konyol, melainkan patut dilihat sebagai langkah bunuh diri. Kebijakan pemerintah dalam mengadopsi FTA itu benar-benar tidak realistis, tidak berdasarkan kalkulasi yang akurat. Karena itu, harus ada yang mengoreksi langkah itu.”

Jelas sudah bahwa FTA membuat deg-degan para pelaku usaha di Indonesia, semoga Pemerintah memang sudah siap dengan segala dampak yang akan terjadi atau hanya sekedar ikut-ikutan FTA aja biar kelihatan keren???? Ini akan jadi pertaruhan nama Pemerintah di mata Rakyat khususnya dunia usaha.


Selengkapnya...

5:37 AM

Pecahan Uang 100 Triliun dollar di Zimbabwe

Diposkan oleh Admin



Zimbabwe kembali menghebohkan dunia dengan menerbitkan uang kertas pecahan 100 triliun dollar. Ini merupakan uang kertas dengan pecahan tertinggi. Sebelumnya, Zimbabwe sudah mengedarkan uang kertas pecahan tertinggi 100 miliar dollar.


Penerbitan uang kertas dengan nilai spektakuler ini merupakan upaya terbaru negara Afrika itu untuk menahan hiperinflasi yang telah membuat perekonomian negara itu compang-camping. Uang kertas baru dengan 14 digit nol (100.000.000.000.000) itu akan setara sekitar 300 dollar AS atau sekitar Rp 3,3 juta.
Surat kabar pemerintah, Herald, melaporkan, Jumat (16/1), Reserve Bank of Zimbabwe juga akan menerbitkan tiga uang kertas lainnya dalam denominasi triliun dollar, yakni 10, 20, dan 50. Padahal, baru pekan lalu bank itu mengeluarkan uang kertas dalam denominasi miliar dollar, masing-masing 10, 20, dan 50 dengan tujuan yang sama.
Namun, uang-uang kertas itu tidak lagi cukup untuk menjaga hiperinflasi. Nilai mata uang dollar Zimbabwe terus turun setelah inflasi mendera hingga sebesar 231 juta persen pada Juli. Para pakar keuangan memperkirakan nilai inflasi akan naik lebih tinggi berkali-kali. (kompas.com)

Selengkapnya...