gdpermana' blog

"The Simple Blog..."

8:04 AM

Pendekatan-Pendekatan Dalam Ilmu Politik

Diposkan oleh Admin

Definisi Politik menurut beberapa pakar.

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara (Wikipedia, 2009). Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut (Rahmadani Yusran, ). Roger F. Soltau dalam “Introduction to Politic” (1961) Ilmu Politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan-tujuan itu; hubungan antara negara dengan warga negaranya serta dengan negara-negara lain.

J. Barents dalam “Ilmu Politika” (1965) Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat: ilmu politik mempelajari negara-negara itu melakukan tugas-tugasnya. Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Soceity, “ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, yaitu sifat hakiki, dasar, prose-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil”.

Dan beberapa pendekatan dalam Ilmu Politik antara lain :

a. Pendekatan Institusional
Pendekatan filsafat politik menekankan pada ide-ide dasar seputar dari mana kekuasaan berasal, bagaimana kekuasaan dijalankan, serta untuk apa kekuasaan diselenggarakan. Pendekatan institusional menekankan pada penciptaan lembaga-lembaga untuk mengaplikasikan ide-ide ke alam kenyataan. Kekuasaan (asal-usul, pemegang, dan cara penyelenggaraannya) dimuat dalam konstitusi. Obyek konstitusi adalah menyediakan UUD bagi setiap rezim pemerintahan. Konstitusi menetapkan kerangka filosofis dan organisasi, membagi tanggung jawab para penyelenggara negara, bagaimana membuat dan melaksanakan kebijaksanaan umum.


Dalam konstitusi dikemukakan apakah negara berbentuk federal atau kesatuan, sistem pemerintahannya berjenis parlementer atau presidensil. Negara federal adalah negara di mana otoritas dan kekuasaan pemeritah pusat dibagi ke dalam beberapa negara bagian. Negara kesatuan adalah negara di mana otoritas dan kekuasaan pemerintah pusat disentralisir. Badan pembuat UU (legislatif) berfungsi mengawasi penyelenggaraan negara oleh eksekutif. Anggota badan ini berasal dari anggota partai yang dipilih rakyat lewat pemilihan umum.

Badan eksekutif sistem pemerintahan parlementer dikepalai Perdana menteri, sementara di sistem presidensil oleh presiden. Para menteri di sistem parlementer dipilih perdana menteri dari keanggotaan legislatif, sementara di sistem presidensil dipilih secara prerogatif oleh presiden.

Badan Yudikatif melakukan pengawasan atas kinerja seluruh lembaga negara (legislatif maupun eksekutif). Lembaga ini melakukan penafsiran atas konstitusi jika terjadi persengketaan antara legislatif versus eksekutif.

Lembaga asal-muasal pemerintahan adalah partai politik. Partai politik menghubungkan antara kepentingan masyarakat umum dengan pemerintah via pemilihan umum. Di samping partai, terdapat kelompok kepentingan, yaitu kelompok yang mampu mempengaruhi keputusan politik tanpa ikut ambil bagian dalam sistem pemerintahan. Terdapat juga kelompok penekan, yaitu suatu kelompok yang secara khusus dibentuk untuk mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan umum di tingkat parlemen. Dalam menjalankan fungsinya, eksekutif ditopang oleh (administrasi negara). Ia terdiri atas birokrasi-birokrasi sipil yang fungsinya elakukan pelayanan publik.


b. Pendekatan Perilaku
Esensi kekuasaan adalah untuk kebijakan umum. tidak ada gunanya membahas lembaga-lembaga formal karena bahasan itu tidak banyak memberi informasi mengenai proses politik yang sebenarnya. Lebih bermanfaat bagi peneliti dan pemerhati politik untuk mempelajari manusia itu sendiri serta perilaku politiknya, sebagai gejala-gejala yang benar-benar dapat diamati. Perilaku politik menampilkan regularities (keteraturan)

c. Neo-Marxis
Menekankan pada aspek komunisme tanpa kekerasan dan juga tidak mendukung kapitalisme. Neo Marxis membuat beberapa Negara sadar akan pentingnya persamaan tanpa kekerasan, akan tetapi komunisme sulit dijalankan di beberapa Negara karena komunisme identik dengan kekerasan dan kekejaman walaupun pada intinya adalah untuk menyamakan persamaan warga negaranya di suatu Negara sehingga tidak ada yang ditindas dan menindas terlebih lagi dalam bidang ekonomi.

Neo-Marxis juga menginginkan tidak adanya kapitalisme yang sering dilakukan Negara Barat dalam hal ini Negara maju, karena kapitalisme hanya mementingkan keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga sering kali “menyengsarakan” rakyat pribumi karena orang-orang pribumi sering kali hanya menjadi penonton atau pun menjadi korban dari kapitalisme ini. Walaupun kapitalisme berhubungan dengan bidang ekonomi tetapi kapitalisme juga berpengaruh dalam hal kebijakan politik yang dibuat oleh Negara-negara maju terhadap Negara-negara berkembang yang sering dijadikan sasaran kapitalisme besar-besaran seperti Indonesia.

d. Ketergantungan
Memposisikan hubungan antar negara besar dan kecil. Pendekatan ini mengedepankan ketergantungan antara Negara besar dan Negara kecil yang saling keterkaitan sehingga satu sama lain saling bergantung, jadi Negara besar bergantung pada Negara kecil baik dalam hal politik, ekonomi dan dalam hubungan internasional dan sebaliknya sehingga satu sama lain mempunyai posisi yang sama.

e. Pendekatan Pilihan Nasional
Pilihan-pilihan yang rasional dalam pembuatan keputusan politik. Pendekatan pilihan nasional ini menekan kan bahwa pengambil kebijakan atau pembuatan keputusan dilihat dari rasionalitas yang ada di Negara tersebut agar bisa dijalankan oleh Negara dan tentu identitas social-politik sangat diperlukan. Terdapatnya identitas sosial-politik disebabkan adanya prilaku politik identitas guna mengembangkan kelompok-kelompok. Prilaku ini seiring bertumbuh-kembangnya eksplorasi kebudayaan di setiap kelompok guna "menemukan" kembali dan atau melestarikan solidaritas identitas yang dimiliki. Eksplorasi tersebut sangat bermanfaat bagi eksistensi kelompok identitas yang memiliki jumlah besar (mayoritas). Disini, pendekatan politik terlihat dari banyaknya dukungan para elit politik guna menggerakkan pertumbuhan budaya dan kemudian sebagai "konsekuensi" logis untuk mendapatkan dukungan dari kelompok identitas (simbiosis mutualisme).

Pendekatan politik kelompok akan menjadi sangat "berharga" untuk diperebutkan. Mengapa demikian? Fenomena ini terjadi karena adanya perebutan kekuasaan melalui cermin kebanggaan identitas yang lebih cenderung pada etnisitas. Kecenderungan tersebut cukup beralasan, karena masyarakat kita hari ini masih dalam tahap mencari "jati diri" sebagai identitas sosial-politik. Jati diri yang paling mudah didapatkan/dirasakan adalah identitas etnisitas yang sekaligus menjadi perekat solidaritas sosial-politik. Perebutan kekuasaan ini tidak semata-mata hanya berpijak pada "kontribusi" penguasa terhadap kelompok yang diwakilinya, namun juga terhadap kelompok lain yang selama ini menjadi bagian pendukung karena memiliki kesamaan identitas. Dari analisa tersebut, jalan koalisi antar kelompok berbeda identitas belum bisa dijadikan jaminan kesuksesan. Jaminan kesuksesan itu tidak muncul karena tingkat eksistensi politik identitas menjadi sangat dominan di negeri ini, sehingga kebanggan identitas akan terletak pada kelompok identitas mana yang berada di puncak kekuasaan.



Beberapa Pendekatan Lain dalam kajian Ilmu Politik

Pendekatan Behavioral
Jika pendekatan Institusionalisme meneliti lembaga-lembaga negara (abstrak), pendekatan behavioralisme khusus membahas tingkah laku politik individu. Behavioralisme menganggap individu manusia sebagai unit dasar politik (bukan lembaga, seperti pendekatan Institusionalisme). Mengapa satu individu berperilaku politik tertentu serta apa yang mendorong mereka, merupakan pertanyaan dasar dari behavioralisme. Misalnya, behavioralisme meneliti motivasi apa yang membuat satu individu ikut dalam demonstrasi, apakan individu tertentu bertoleransi terhadap pandangan politik berbeda, atau mengapa si A atau si B ikut dalam partai X bukan partai Y?

Pendekatan Plural
Pendekatan ini memandang bahwa masyarakat terdiri atas beraneka ragam kelompok. Penekanan pendekatan pluralisme adalah pada interaksi antar kelompok tersebut. C. Wright Mills pada tahun 1961 menyatakan bahwa interaksi kekuasaan antar kelompok tersusun secara piramidal. Robert A. Dahl sebaliknya, pada tahun 1963 menyatakan bahwa kekuasaan antar kelompok relatif tersebar, bukan piramidal. Peneliti lain, yaitu Floyd Huter menyatakan bahwa karakteristik hubungan antar kelompok bercorak top-down (mirip seperti Mills).

Pendekatan Struktural
Penekanan utama pendekatan ini adalah pada anggapan bahwa fungsi-fungsi yang ada di sebuah negara ditentukan oleh struktur-struktur yang ada di tengah masyarakat, buka oleh mereka yang duduk di posisi lembaga-lembaga politik. Misalnya, pada zaman kekuasaan Mataram (Islam), memang jabatan raja dan bawahan dipegang oleh pribumi (Jawa). Namun, struktur masyarakat saat itu tersusun secara piramidal yaitu Belanda dan Eropa di posisi tertinggi, kaum asing lain (Cina, Arab, India) di posisi tengah, sementara bangsa pribumi di posisi bawah. Dengan demikian, meskipun kerajaan secara formal diduduki pribumi, tetapi kekuasaan dipegang oleh struktur teratas, yaitu Belanda (Eropa).

Contoh lain dari strukturalisme adalah kerajaa Inggris. Dalam analisa Marx, kekuasaan yang sesungguhnya di Inggris ukan dipegang oleh ratu atau kaum bangsawasan, melainkan kaum kapitalis yang 'mendadak' kaya akibat revolusi industri. Kelas kapitalis inilah (yang menguasai perekonomian negara) sebagai struktur masyarakat yang benar-benar menguasai negara. Negara, bagi Marx, hanya alat dari struktur kelas ini.


Pendekatan Developmental
Pendekatan ini mulai populer saat muncul negara-negara baru pasca perang dunia II. Pendekatan ini menekankan pada aspek pembangunan ekonomi serta politik yang dilakukan oleh negara-negara baru tersebut. Karya klasik pendekatan ini diwakili oleh Daniel Lerner melalui kajiannya di sebuah desa di Turki pada tahun 1958. Menurut Lerner, mobilitas sosial (urbanisasi, literasi, terpaan media, partisipasi politik) mendorong pada terciptanya demokrasi.

Karya klasik lain ditengarai oleh karya Samuel P. Huntington dalam "Political Order in Changing Society" pada tahun 1968. Karya ini membantah kesimpulan Daniel Lerner. Bagi Huntington, mobilitas sosial tidak secara linear menciptakan demokrasi, tetapi dapat mengarah pada instabilitas politik. Menurut Huntington, jika partisipasi politik tinggi, sementara kemampuan pelembagaan politik rendah, akan muncul situasi disorder. Bagi Huntington, hal yang harus segera dilakukan negara baru merdeka adalah memperkuat otoritas lembaga politik seperti partai politik, parlemen, dan eksekutif.

Kedua peneliti terdahulu berbias ideologi Barat. Dampak dari ketidakmajuan negara-negara baru tidak mereka sentuh. Misalnya, negara dengan sumberdaya alam makmur megapa tetap saja miskin. Penelitian jenis baru ini diperkenalkan oleh Andre Gunder Frank melalui penelitiannya dalam buku "Capitalism and Underdevelopment in Latin America. Bagi Frank, penyebab terus miskinnya negara-negara 'dunia ketiga' adalah akibat :
- modal asing
- perilaku pemerintah lokal yang korup
- kaum borjuis negara satelit yang 'manja' pada pemerintahnya
Frank menyarankan agar negara-negara 'dunia ketiga' memutuskan seluruh hubungan dengan negara maju (Barat).

Dikutip dari berbagai sumber...
Selengkapnya...

9:18 AM

KABINET INDONESIA BERSATU JILID II

Diposkan oleh Admin













Akhirnya, Berakhir sudah "audisi" untuk jabatan atau orang-orang yang akan membantu Presiden Terpilih SBY-Boediono untuk mengemban amanah 5 tahun kedepan... Malam ini SBY mengumumkan nama-nama menteri yang akan menjabat selama masa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II.

Setelah beberapa hari massa media dan masyarakat dibingungkan dengan calon menteri yang sedang diseleksi oleh SBY, akhirnya dapat bernafas dengan lega karena sudah final keputusan yang diambil oleh SBY.

Dilihat dari rekrutmen yang dilakukan oleh SBY kita pantas menaruh harapan besar kepada Kabinet Indonesia Bersatu jilid II ini untuk membawa Indonesia kearah yang lebih baik selama 5 tahun kedepan, tapi dengan komposisi lebih banyak dari partai maka patut dipertanyakan tentang ke-solid-an kabinet ini, pasalnya jika banyak dari orang partai atau politisi maka sangat sulit untuk melepas bendera partai saat ada di kabinet., ini sering terjadi dan susah untuk dihilangkan, tapi semoga saja ini bisa diantisipasi dengan baik oleh SBY-BOEDIONO.


Berikut ini susunan Kabinet Indonesia Bersatu II yang diucapkan langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Presiden Terpilih

MENTERI KOORDINATOR

1. Menko Politik Hukum dan Keamanan : Marsekal (Purn) Djoko Suyanto
2. Menko Perekonomian : Hatta Rajasa
3. Menko Kesra : R Agung Laksono
4. Sekretaris Negara : Sudi Silalahi

MENTERI DEPARTEMEN

1. Menteri Dalam Negeri : Gamawan Fauzi
2. Menteri Luar Negeri : Marty Natalegawa
3. Menteri Pertahanan : Purnomo Yusgiantoro
4. Menteri Hukum dan HAM : Patrialis Akbar
5. Menteri Keuangan : Sri Mulyani
6. Menteri ESDM: Darwin Saleh
7. Menteri Perindustrian : MS Hidayat
8. Menteri Perdagangan : Mari E. Pangestu
9. Menteri Pertanian : Suswono
10. Menteri Kehutanan : Zulkifli Hasan
11. Menteri Perhubungan : Freddy Numberi
12. Menteri Kelautan dan Perikanan : Fadel Muhammad
13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Muhaimin Iskandar
14. Menteri Pekerjaan Umum : Djoko Kirmanto
15. Menteri Kesehatan : Endang Rahayu Setianingsih
16. Menteri Pendidikan Nasional : Mohammad Nuh
17. Menteri Sosial : Salim Segaf Al Jufri
18. Menteri Agama : Suryadharma Ali
19. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata : Jero Wacik
20. Menteri Komunikasi dan Informasi : Tifatul Sembiring

MENTERI NEGARA

1. Menteri Riset dan Teknologi : Suharna Suryapranata
2. Menteri Koperasi dan UKM : Syarifudin Hasan
3. Menteri Lingkungan Hidup : Gusti Muhammad Hatta
4. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Amalia Sari
5. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara : E.E Mangindaan
6. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal : Ahmad Helmy Faishal Zaini
7. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional : Armida Alisjahbana
8. Menteri BUMN : Mustafa Abubakar
9. Menteri Pemuda dan Olahraga : Andi Alfian Mallarangeng
10. Menteri Perumahan Rakyat : Suharso Manoarfa

PEJABAT SETINGKAT MENTERI

1. Kepala BIN: Jenderal (Purn) Sutanto
2. Kepala BKPM: Gita Wirjawan
3. Ketua Unit Kerja Presiden Pengawasan Pengedalian Pembangunan: Kuntoro Mangkusubroto

Sumber gambar : tokohindonesia.com
Selengkapnya...

3:09 AM

Demokrasi atau Pemilu?

Diposkan oleh Admin

Enam hari lagi kita akan “berpesta” menurut beberapa orang yang menganggap bahwa pemilu adalah pesta demokrasi. Demokrasi itu sendiri sebenarnya tidak ingin berpesta karena bukan itulah esensi dari dirinya tetapi dia hanya ingin dijalankan dan digunakan sebagaimana mestinya untuk kemudian menghasilkan seseorang yang bisa memimpin, mengayomi, berbicara, menjadi tauladan, menjadi pengewejantahan suara rakyat dan banyak lagi yang lainnya sehingga sangatlah penting pemilu ini disertai dengan Demokrasi yang “sejati” dan bukan “pesta” demokrasi yang hanya menghambur-hamburkan uang tanpa makna dan arti.

Tiga calon berseteru saling sikat kiri dan sikat kanan, sindir kiri dan sindir kanan, semua merasa paling jago, paling hebat dan paling mengerti tentang bangsa Indonesia ini yang sangat beragam hingga kalo kita mencoba untuk mengingat seluruh nama tempat di Indonesia mungkin manusia membutuhkan memory yang lumayan banyak untuk memasukkan seluruh nama yang ada di Indonesia ke dalam kepala mereka. Tetapi calon Presiden bukan anak sekolah yang ingin mengikuti cerdas cermat tentang nama-nama yang ada di Indonesia, lebih dari itu Calon Presiden hendaklah lebih tahu seluk beluk Negara Indonesia bukan hanya sekedar tahu nama-nama tempat nya saja.


Dalam pemilu tentu kita ingin mendapatkan pemimpin yang dihasilkan oleh “saringan yang bersih” bukan “saringan yang kotor” jika kita menggunakan “saringan kotor” maka yang dihasilkan adalah air yang kotor. Begitu pun dengan pemimpin suatu Negara, kita membutuhkan pemimpin yang dihasilkan oleh system pemilu yang bersih dan jujur serta adil, adil untuk kita semua. KPU sebagai penyelenggara Pemilu yang sah menurut Undang-Undang haruslah bisa bersikap netral dan professional. KPU di tuntut untuk netral dalam menghadapi setiap pemilu yang akan dilaksanakan tetapi beberapa kasus yang sering muncul memberikan stigma negative kepada KPU karena memang terbukti yang dikerjakan oleh KPU terkadang menguntungkan salah satu pihak atau calon, sebut saja yang sudah terjadi tentang masalah DPT, pemungutan suara yang dikurangi, lalu kemudian yang terbaru adalah SPANDUK SOSIALISASI YANG SUDAH DI CONTRENG NO. 2. ini merupakan tindakan pelanggaran yang seharusnya bisa diusut tuntas karena sudah terbukti bahwa ini mengarah kepada pemenangan no 2.

Bawaslu seharusnya bisa mengatasi ini untuk kemudian tidak menjadi masalah baru yang nantinya bisa menjadi masalah yang serius yang bisa mempengaruhi jalannya pemilihan presiden pada tanggal 8 Juli 2009 mendatang. Semoga pemilu ini bisa memberikan kita pemimpin yang benar-benar peduli terhadap rakyat bukan peduli terhadap orang asing, pemimpin yang amanah, tanggung jawab penuh dedikasi terhadap bangsa. Walaupun kita tahu para calon merupakan muka-muka lama atau tidak berbeda dengan 2004 tetapi mudah-mudahan mereka mempunyai niat baru untuk bangsa dan semangat muda agar semua tugas dan tanggung jawab yang diberikan bangsa ini kepada mereka bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan semoga bangsa Indonesia tidak ketinggalan dengan bangsa lain yang sudah sedemikian maju.


serius ya gw??he
Selengkapnya...

7:56 AM

Koalisi Partai Politik; Siapa Peduli??

Diposkan oleh Admin


Koalisi Partai Politik; Siapa peduli??


Para elit partai politik bak artis yang sedang sibuk mengatur jam tayang dan sibuk untuk mencari peran yang mungkin di tawarkan oleh sutradara (partai besar : red). Mereka silih berganti saling mengunjungi elit masing-masing partai dan semuanya mengatakan bahwa itu adalah komunikasi politik yang wajar untuk dilakukan sesama partai politik. Dalam konteks tersebut benar bahwa komunikasi politik adalah satu hal yang sangat dan wajib untuk dilakukan atau bisa dibilang urgent karena dengan komunikasi politik yang dibangun antara satu dan dua parpol atau lebih sangat menunjang untuk kemudian partai politik bisa menjajaki koalisi satu sama lain diantara mereka. Tetapi kemudian masalahnya adalah di tengah menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap partai politik, lalu pertanyaan penting yang patut di pertanyakan adalah, “koalisi Parpol; siapa peduli?” dan pertanyaan lain adalah “untuk siapakah koalisi tersebut?”



Pertanyaan ini mungkin wajib untuk diamati oleh partai politik, mengingat saat ini partai suara terbanyak itu hanya mencapai sekitar 21, xx % artinya adalah tidak ada partai pemenang pemilu karena dibawah 51% yang merupakan batas dimana partai mendapat legitimasi kuat di mata rakyat. Dan yang lebih memperjelas makna dari pertanyaan itu adalah adanya kongres golput yang digelar oleh Sri Bintang Pamungkas, dengan kata lain adalah masih banyak masyarakat yang tidak menaruh harapan terhadap partai-partai yang saat ini masuk kedalam batas 2,5% yang telah diatur oleh UU pemilu.



Koalisi saat ini mungkin terbilang sebagai siaran TV yang paling dicari oleh para penikmat berita terutama yang gemar dan hoby tentang politik. Tapi bagi yang sekedar iseng-iseng saja mungkin mereka akan mengatakan kalau berita seperti itu membosankan. Tapi memang unik apa yang terjadi di Negara kita saat ini, mulai dari kisruh pemilu legislative, “diculiknya” manohara oleh kerajaan Malaysia, adanya pembunuhan Nasrudin yang menyeret ketua KPK Antasari Azhar dan kemudian melambungkan nama seorang perempuan 22 tahun, yaitu Rani Juliani yang disebut-sebut sebagai saksi kunci yang sampai saat ini entah hilang kemana, sampai dengan bocah 4 tahun yang terkena air bakso dari gerobak ibunya yang jatuh saat akan ditangkap satpol PP.



Semua itu memang dinamika kehidupan yang sedang terjadi saat ini di Negara kita ini, tetapi tentu dinamika yang masih dan akan terus berlanjut adalah dinamika koalisi partai politik yang sekarang banyak yang tidak menduga-duga manuver parpol yang masuk kedalam peserta pilpres 8 juni mendatang. Dimulai dari manuver partai Golkar yang meninggalkan Partai Demokrat yang kemudian merapat ke PDIP, Gerindra, Hanura dan PPP dan kemudian Golkar menggagas terbentuknya Koalisi Besar Parlemen yang merupakan alternative koalisi setelah tidak memungkinkannya mereka melakukan Koalisi untuk Pilpres.



Tetapi beberapa hari kemudian setelah penandatanganan Koalisi Besar dilakukan, JK dan Wiranto mengatakan bahwa mereka akan maju sebagai pasangan Capres dan Cawapres, mungkin manuver yang dilakukan oleh JK diluar dugaan banyak pengamat dan simpatisan partai bahkan para kader golkar sendiri pun banyak yang kebingungan dan tidak setuju terhadap duet ini. Tapi Golkar mengatakan bahwa golkar adalah partai yang demokratis dan semua itu adalah dinamika politik.



Dan kali ini SBY pun membuat manuver yang membuat sebagian masyarakat mengerutkan dahinya, sambil bertanya dalam hati “ga salah milih Boediono??”. Mungkin wajar jika banyak yang bertanya-tanya seperti ini, pasalnya Boediono bukanlah orang politik tapi dia adalah seorang professional yang bergelut dengan dunia ekonomi sesuai dengan latar belakang pendidikannya yang merupakan lulusan dari fakultas ekonomi Australia dan Amerika.



Boediono juga dikenal sebagai sosok pendiam namun cerdas, pria yang condong kearah Neo-Liberal dalam program ekonominya ini dituntut untuk mampu menjadi cawapres dari SBY, sesuatu yang berbeda jauh dengan keahliannya.Dan SBY pun seperti seseorang kandidat yang sedang diatas angin sangat tidak memperhatikan mitra koalisinya, PKS, PPP, PKB dan PAN merupakan partai yang dari awal ingin berkoalisi dan sudah percaya diri dengan kader2nya agar dipilih oleh SBY tapi ternyata yang terpilih adalah Boediono, dan tidak salah jika kemudian partai mitra koalisi Demokrat ini “berang” dengan sikap dan pilihan SBY yang tidak di musyawarahkan.



Bahkan Anis Matta salah satu Wakil Ketua DPP PKS mengatakan bahwa “tidak ada hak preogratif dari SBY untuk memilih cawapres sendirian karena dia atau Demokrat sedang berkoalisi dengan kami, kecuali jika dia terpilih sebagai Presiden kembali, sebelum dia terpilih maka dia sama dengan kita”. Pernyataan Anis Matta ini seharusnya membuat kubu SBY dan Demokrat bisa mengendurkan sedikit sikap egoism, takabur dan sombongnya karena ini bisa saja membuat popularitas SBY langsung merosot walaupun saat ini SBY dan Demokratnya berada diatas angin.

Continue.....
Sumber Image : www.eramuslim.com
Selengkapnya...

7:25 AM

Pemilu, berhasilkah ia…

Diposkan oleh Admin

April 9, 2009..

Dimana tanggal itu merupakan tanggal terjadinya “pesta demokrasi” yang disebut-sebut sebagai demokrasi paling oke sejagad raya.


Well untuk kata “sejagad raya” mungkin kita acungkan jempol lah untuk negeri kita. Tapi…… dibalik kata itu menyisakan banyak cerita yang mungkin tidak bisa di ceritakan dalam satu malam..

Mulai dari caleg yang setres karena kalah dan abis modal, mobil yang di jual, rumah yang disita dan deposito yang dikuras sampai kepada partai yang “gulung tikar” karena sepi peminat. Dan dibalik kata paling oke sejagad raya juga ada yang patut kita cermati dan kita analisa, dari mana kah kata itu berasal ketika kita tahu kenyataannya bahwa pemilu di Indonesia begitu banyak persoalan yang mendasar yang sebenarnya wajib kita pertanyakan kepada sang penanggung jawab baik itu BPS atau Badan Pusat Statistic, KPU, dan Pemerintah. Mulai dari jumlah DPT yang bermasalah, kertas surat suara yang bermasalah hingga TPS yang ditemukan fiktif, ini semua merupakan perangkat dasar untuk pelaksanaan Pemilu tahun ini selain tentunya partai dan calegnya.


Hasil Sementara

Saat ini mungkin KPU dan lembaga riset dan survey sedang bingung menghitung, KPU menghitung untuk secepatnya mempublikasikan data yang valid sementara lembaga riset dan survey menghitung secepat dan seakuratnya supaya lembaga riset dan survey tersebut naek pasarannya. Tak bisa dipungkiri, ketika hasil lembaga survey tidak berbeda jauh dengan KPU maka lembaga survey tersebut pun akan menjadi “jagoan” partai dalam menghadapi Pilpres mendatang. Untuk kemudian partai bisa bertindak apa yang harus dilakukan ketika partai sudah berkonsultasi dengan lembaga survey yang tahun demi tahun makin marak.
Dan inilah hasil sementara dari KPU

Hasil Sementara Pemilu 2009

Sumber: KPU
Minggu, 12/04/2009 20:41 WIB
No Partai Politik Jumlah Suara Persentase
1 Demokrat (31) 650.584 20,40%
2 PDIP (28) 468.228 14,68%
3 Golkar (23) 463.554 14,54%
4 PKS (8) 271.686 8,52%
5 PAN (9) 208.133 6,53%
6 PPP (24) 170.414 5,34%
7 PKB (13) 165.308 5,18%
8 Gerindra (5) 144.692 4,54%
9 Hanura (1) 113.253 3,55%
10 PBB (27) 56.434 1,77%
11 PKPB (2) 49.477 1,55%
12 PKNU (34) 41.356 1,30%
13 PDS (25) 34.455 1,08%
14 PPRN (4) 33.356 1,05%
15 PKPI (7) 30.934 0,97%
16 PPD (12) 28.500 0,89%
17 PDP (16) 27.885 0,87%
18 PBR (29) 27.034 0,85%
19 PPPI (3) 21.662 0,68%
20 Barnas (6) 21.300 0,67%
21 PDK (20) 17.837 0,56%
22 RepublikaN (21)14.021 0,44%
23 PMB (18) 13.590 0,43%
24 PNBK (26) 12.239 0,38%
25 Kedaulatan (11)10.626 0,33%
26 PIS (33) 10.625 0,33%
27 PPI (14) 10.377 0,33%
28 Patriot (30) 9.771 0,31%
29 PPIB (10) 8.915 0,28%
30 Pelopor (22) 8.859 0,28%
31 PNI M (15) 8.333 0,26%
32 PKDI (32) 8.077 0,25%
33 Pakar Pangan (17) 7.089 0,22%
34 Partai Buruh (44) 6.035 0,19%
35 PPDI (19) 4.081 0,13%
36 PSI (43) 3.825 0,12%
37 PPNUI (42) 3.354 0,11%
38 Merdeka (41) 3.222 0,10%
39 PAAS (35) 0 0,00%
40 PDA (36) 0 0,00%
41 Partai SIRA (37) 0 0,00%
42 PRA (38) 0 0,00%
43 Partai Aceh (39) 0 0,00%
44 PBA (40) 0 0,00%
Jumlah 3.189.121 100%

Sementara ini adalah kutipan yang saya ambil dari detik.com, yang menyebutkan jumlah DPT tahun ini mencapai 171.265.442.
“Jakarta - Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya mengumumkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2009 pasca keluarnya peraturan pemerintah pengganti undang undang (perpu) Nomor 1 Tahun 2009. Jumlah pemilih bertambah 197.775. Sehingga, total DPT adalah 171.265.442.
”Jadi DPT bertambah, jika sebelumnya DPT adalah 171.068.667, sekarang adalah 171.265.442,” kata Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary di Gedung KPU, Jl Imam Bonjol, Kamis (12/3/2009). Hafiz mengatakan jumlah pemilih dalam negeri adalah 169.789.595. Jumlah ini bertambah dari DPT yang diumumkan pada 24 November 2008 sebesar 169.558.775. Saat ini pemilih luar negeri adalah 1.475.847, adapun sebelumnya pemilih luar negeri adalah 1.509.892.”


Mungkin masih terlalu pagi untuk menyebutkan pemenangnya adalah Partai Demokrat, karena Jumlah DPT yang ada sebanyak 171.265.442 sementara suara yang terkumpul baru mencapai 3.189.121, tetapi masih ada pemenang yang lain dari luar partai, yaitu surat suara tidak sah atau golput ataupun suara yang tidak sah karena pemilih “tidak ngerti” cara mencoblos. Untuk Golput, ini adalah uji efektifitas fatwa MUI tentang golput yang sebelumnya telah saya bahas bulan lalu.


Tetapi jika komposisi 1,2 dan 3 tidak berubah maka menurut beberapa pengamat mengatakan bahwa “Pemilu tahun ini gagal, karena pemilih memilih partai Demokrat hanya melihat dari figure seorang SBY yang merupakan “pentolan” atau Dewan Pembina Partai Demokrat tetapi pemilih tidak melihat dari sisi kualitas partai atau tidak melihat dari apa yang telah di lakukan oleh partai”.
Dan sayangnya pemilh pun mungkin terbuai dari apa yang telah dilakukan pemerintahan SBY yang telah menurunkan “kembali” BBM, padahal sebenarnya turunnya BBM itu adalah hal yang sangat logis di lakukan karena memang di pasaran dunia sudah turun artinya itu bukan “murni” prestasi pemerintah yang patut di banggakan atau menjadi referensi untuk memilih demokrat dengan SBY-nya, karena siapa pun pemerintahannya menurunkan BBM itu sudah harus dilakukan dan tidak dengan berturut-turut atau bertahap tapi bisa dilakukan dengan turun sekaligus.


Terlepas dari siapa yang menang dan siapa yang kalah, kita harus ikut mengapresiasi hasil pemilu nantinya untuk menunjukan jiwa kebangsaan kita sebagai anak bangsa yang turut andil memajukan Indonesia dan mungkin memang seharusnya setiap Presiden tidak di bebani dengan hanya menjabat 5 tahun ganti tapi berilah kesempatan lebih banyak agar program yang dijalankan benar-benar terlaksana, logikanya adalah dengan luas Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan jumlah penduduk yang mencapai hampir 300juta jiwa sangat sulit untuk memajukan Indonesia kepada taraf yang lebih baik. Soeharto pun membawa Indonesia kepada yang lebih baik tidak dalam 5 tahun walaupun soeharto kemudian memberikan beban yang sangat berat terhadap rakyat Indonesia.


Maju Indonesia, berkibarlah Sang Saka Merah Putih dan terbang tinggilah Burung Garuda merupakan Impian saya yang sangat ingin dan berharap Indonesia menjadi satu kekuatan Dunia yang tidak dipandang sebelah mata.


Merdeka!!!!!!!

Selengkapnya...



Golput, fenomena yang sekarang ramai di bicarakan banyak orang di peloksok negeri, tentunya bagi yang mengerti tentang politik, golput merupakan sesuatu yang penting dan unik sehingga menjadi buah bibir banyak orang dan juga sedang naik daun. (ibarat artis muda cantik nan seksi dengan nada bicara yang lembut nan merdu yang menghiasa layar kaca, layar lebar hingga layar Koran). Padahal tahun 1955 dan 1971 sudah mulai ada, terutama tahun 1971 sebulan sebelum pemilu di deklarasikan gerakan moral golput oleh mahasiswa.



Para partai pun dibuat bingung dengan ulah “si golput” ini. Golput dengan mudah bisa merasuki dan masuk kedalam benak manusia ketika berpikir tentang pemilu. Pemilu yang menurut para “golputers” merupakan pemilu yang omong kosong, buang biaya dan tidak akan menghasilkan pemimpin yang bijak dan satu lagi para golputers tidak mau hanya menjadi “alas kaki” para elit, alas kaki yang ketika “para elit masih berjalan kaki lalu kemudian alas kaki tersebut diganti dengan alas kaki yang lebih mahal dan berbobot ketika para elit sudah tidak jalan kaki atau naik mobil mewah” artinya adalah rakyat hanya digunakan sebagai alas untuk mencapai kekuasaan tetapi ketika kekuasaan telah diperoleh maka para penguasa mengganti alas kaki “rakyat” dengan alas kaki baru “yaitu pengusaha” yang sebelumnya memang sudah terikat kontrak untuk suplai dana, tetapi alas kaki yang baru ini tidak hanya menjadi “penyelamat kaki” penguasa, tapi alas kaki yang baru ini juga meminta pengertian dari penguasa untuk memberikan kompensasi “dana perawatan” untuk alas kaki ini.



Tetapi akhir-akhir ini KPU mengatakan bahwa fatwa haram MUI tentang golput itu ada efeknya walaupun hanya sebatas survey yang belum pasti jadi kenyataan, tapi paling tidak ini menjadi angin segar yang kemudian membawa sedikit harapan kepada para partai kalo pemilu ini tidak sepi pengunjung atau sepi dari para voters.



Sebaiknya para partai tidak hanya mengandalkan efek dari fatwa haram ini seharusnya fenomena golput ini menjadi pemacu semangat para parpol agar lebih kreatif dan lebih “baik” dalam hal public of society nya atau dalam hal community relations-nya sehingga kemudian rakyat bisa mengakui dan merasa bahwa partai tidak hanya ingin memanfaatkan saja tapi juga rakyat merasa bahwa parta-partai adalah milik kita semua (mirip slogan salah satu TV swasta Nasional).



Lalu ketika partai bisa melakukan community relations-nya maka ada baiknya dilanjutkan dengan “penggemblengan” para kader atau juga lebih memberikan kesempatan kepada kader muda untuk lebih menunjukan diri ke public sebagai kader muda yang berkualitas yang nantinya bisa menjadi satu harapan bahwa inilah “the next leader”, jangan seperti sekarang-sekarang ini yang tua itu lebih menguasai dalam tanda kutip yang tua juga masih pengen nyalon, yang muda sabar ya. Seharusnya kemenangan Barack Hussein Obama merupakan contoh awal dimana spirit kaum muda bisa mengalahkan yang tua, dan satu lagi yang menurut saya harus banyak perubahan yaitu cara berkampanye, cara berkampanye di Indonesia tidak mendidik masyarakat untuk cerdas memilih, kritis dan analitis parpol mendidik rakyat untuk bisa berjoged, menari dan hura-hura. Mungkin kita semua tahu saat Obama berkampanye dengan pidato-pidatonya yang sangat membuat bulu kuduk merinding. (lebay.hehe)


9 April mendatang adalah uji efektivitas fatwa haram ini walaupun sebenarnya menurut MUI fatwa ini tidak mengikat, tapi tetap saja yang namanya haram menurut beberapa kalangan itu adalah sesuatu yang harus dikerjakan dan jika tidak, akan berdosa. 9 April jika sesuai dengan jadwal merupakan hari dimana pemungutan suara untuk Calon Legislatif dilakukan (dan saya pun jadi saksi salah satu Caleg.hihihi). pada pemilu tahun 2004 menurut data KPU jumlah golut mencapai 44%, dan tidak ada ada partai pemenang yang ada hanyalah partai dengan suara terbanyak yang jumlahnya pun tidak sebanyak jumlah golput.


Saya pribadi mengharapkan pemilu kali ini tidak banyak jumah golputnya sehingga pemimpin yang dihasilkan merupakan pemimpin yang legitimate atau mendapat legitimasi dan kekuatan yang didukung penuh oleh rakyat, yang kemudian nantinya kehidupan berbangsa dan bernegara antara rakyat dan pemimpin bisa sinergis dan saya juga mengharapkan DPR dan Pemerintah bisa satu arah, satu kata satu tujuan sehingga system demokrasi kita yang Parlementer dan Presidensil ini bisa berjalan dengan baik.


Itu menurut saya, gimana menurut para sobat Bloger???>…


By : gdpermana.

Sumber gambar : www.amanaf.net


Selengkapnya...


Jakarta - Adik mantan Presiden Soeharto, Probosutedjo, meluncurkan buku tentang kakaknya. Dalam buku itu Ki Probo, demikian panggilan akrabnya di buku itu, menuturkan kesaksiannya tentang perjalanan hidup Pak Harto, mulai masa muda hingga saat-saat terakhir menjelang kelengserannya.

Peluncuran buku setebal 219+xi halaman yang diterbitkan oleh Antara Pustaka Utama itu dilangsungkan di Wisma Antara, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (21/1/2009).


Hadir dalam diskusi buku tersebut antara lain Probosutedjo, mantan menantu Pak Harto yang juga Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan mantan Menteri Sekertaris Negara Moerdiono.

Selain itu hadir pula Menteri Agama Maftuh Basyuni, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meuthia Hatta, Ketua Umum PPRN Amelia Yani, dan wartawan senior Rosihan Anwar.

Buku berjudul 'Dari Pak Harto Untuk Indonesia' tersebut merupakan pengantar untuk buku lain berjudul 'Presiden RI Ke-2 Jenderal Besar HM Soeharto Dalam Berita' yang juga diprakarsai oleh Ki Probo. Yang terakhir ini merupakan kumpulan berita menyangkut karir Pak Harto sejak aktif di militer pada 1965 hingga lengser keprabon pada 1998. Diterbitkan oleh penerbit yang sama, buku kedua itu terdiri dari 20 jilid yang masing-masing memuat sekitar 800-900 halaman.

Buku karangan Probo dicetak 6.000 ribu eksemplar, sementara buku 'Presiden RI Ke-2 Jenderal Besar HM Soeharto Dalam Berita' dicetak 2.000 eksemplar.

Dalam sambutannya, Ki Probo mengatakan buku 20 jilid tersebut merupakan catatan sejarah yang sangat penting. Buku itu akan menepis tuduhan-tuduhan yang selama ini ditudingkan kepada Pak Harto, terutama menyangkut soal korupsi.

"Apa betul Pak Harto korupsi seperti yang dituduhkan, padahal bukti-buktinya nggak ada. Itu hanya berita saja, namun sayangnya di berita itu tidak dikatakan bahwa itu tidak benar," ucapnya.

Buku itu disusun dari 13 ribu kliping yang dikumpulkan selama bertahun-tahun.
"Mudah-mudahan buku ini menjadi bukti Pak Harto memerintah dengan sungguh-sungguh. Mudah-mudahan dengan buku ini orang bisa melihat kenyataan yang sebenarnya," lanjutnya.

Peluncuran kedua buku itu dimeriahkan dengan penampilan 10 penari berbusana khas Jawa. Mereka masuk ke dalam ruangan sambil menari-nari diiringi gamelan Jawa. Di tangan mereka tergenggam masing-masing 2 jilid buku 'Presiden RI Ke-2 Jenderal Besar HM Soeharto Dalam Berita,' yang paling depan membawa jilid paling akhir.

Sembari demikian tangan kiri mereka menyebarkan bunga kantil warna putih ke lantai. Tiba di depan, mereka lantas meletakkan kedua puluh buku tersebut di sebuah meja yang telah disiapkan. Setelah 'nampang' sesaat di depan dengan berjejer, para penari inipun ke luar meninggalkan ruangan. (sho/irw)

Sumber: detikNews.com
Selengkapnya...

12:37 AM

Seperti Apakah Mahasiswa Seharusnya???

Diposkan oleh Admin



“Seperti Apakah Mahasiswa Semestinya?”

Politik…. Bagi yang jenuh dengan kata ini mungkin tidak akan pernah lagi mau untuk mengurusi, membicarakn bahkan untuk mendengar saja rasanya tidak akan pernah rela.

Tidak akan pernah rela untaian kata-kata ini memaksa masuk telinga dan menularkan ideology-ideoligy yang terkandung didalamnya yang kita tidak tahu sama sekali apa esensi dan manfaatnya yang kemudian memaksa kita untuk terjun kedalam dunia politik dan mengharuskan kita untuk bersentuhan dengan dunia politik hanya untuk sekedar mengetahui ideology apa yang merasuki kita, yang membuat kita seolah-olah bagian yang terpenting dari suatu organisasi politik.

Politik Kampus, politik yang sedikit akan membuat kita terheran-heran dengan apa sebenarnya yang ada di politik kampus ini.
Mahasiswa yang merupakan agen of change dalam arti luas telah memilih jalan hidupnya saat dikampus, ada mahasiswa ambisius yang mengejar jabatan teras di organisasi internal ataupun eksternal dengan berbagai alasan kenapa dia mengejar itu (salah satunya mungkin ingin terkenal), ada mahasiswa datar yang mengambil peran hidupnya sebagai mahasiswa sambil berharap perjuangan hidup selanjutnya datar juga yang cukup hanya dengan bekerja di Pemerintahan ataupun swasta tanpa memikirkan kekuasaan semata, ada juga mahasiswa yang mengambil perannya sebagai pembisnis yang saat masih menjabat sebagai mahasiswa telah berbisnis mulai dari bisnis wardrobe, percetakan, dompet pulsa, bloger, sampe jualan laptop pun bisa ditemukan di kampus dan ada lagi mahasiswa yang mengambil peranan sebagai mahasiswa “kutu buku” mahasiswa yang satu ini lebih unik lagi mereka tidak memikirkan kehidupan sosial, yang mereka pikirkan adalah “besok buku apa yang harus saya baca, buku yang saya baca tidak lengkap dan sebagainya”, mahasiswa seperti ini tidak peduli ada atau tidak rekan-rekan disampingnya yang bisa menemaninya untuk sekedar minum softdrink di kantin.

Mahasiswa yang mengejar jabatan teras di organisasi internal inilah yang kemudian menjadi pertanyaan besar buat kita yang tidak mengenal politik. Untuk apa mahasiswa seperti ini harus capek-capek menjadi “pejabat teras” di organisasi internal kampus? Apakah hanya untuk ketenaran semata? Apakah hanya karena merasa pas dan mampu menjadi “pejabat teras” kampus? Apa karena memanfaatkan ketokohan atau figurnya saja? Ataukah suatu jalan buat mereka untuk terjun ke partai politik ketika telah lulus? Ataukah memang orang-orang seperti ini yang sudah digariskan Tuhan YME untuk menjadi pemimpin di lingkungan kampus. Hanya yang menjadi “pejabat” dan Tuhan saja sepertinya yang tahu alasannya kenapa ada mahasiswa yang mengambil peranan seperti itu, menjadi “PEJABAT TERAS” kampus.

Terlepas dari apapun alasannya, saya melihat bahwa politik kampus benar-benar unik jika kita melihat dari proses perpolitikan hingga ke pemilihannya atmosfir politik kampus membuat kita benar-benar harus memiliki sepenuhnya konstituen agar bisa unggul di pemilihan, tak cukup modal terkenal, tak cukup punya figure bagus, tak cukup punya tampang menawan, tak cukup punya uang banyak yang bisa membuat baligo besar yang menghiasi halaman gedung kuliah, tak cukup juga punya tampang sangar yang bisa memaksa seseorang memilihnya. Di dunia kampus kita harus benar-benar “mengikat” konstituen dan berani memberikan “janji” mungkin salah satunya dengan kontrak politik karena bagaimanapun lingkungan kampus isinya merupakan orang-orang yang mempunyai kapasitas intelektual yang mumpuni dengan berbagai karakter intelektualitas.

Kampus tidak seperti pemilihan di suatu daerah seperti pilkada kabupaten atau kota yang mungkin untuk daerah terpencil kita bisa melakukan money politic atau memberikan sarana dan prasana yang dibutuhkan. Cukuplah seperti money politic, karena itu sedikit jaminan bahwa calon tersebut akan dipilih oleh daerah tersebut karena tingkat intelektualitas dan kecerdasan yang tidak memadai untuk menganlisa apa arti dari pemberian tersebut ataupun juga karena masyarakat yang memang membutuhkan sesuatu yang real dari para calon bukan malah membutuhkan program kerja atau visi misi yang membuat mereka bingung untuk apa itu dibacakan panjang-panjang.

Itu untuk ukuran daerah terpencil, lalu apa yang menjadi tolok ukur di lingkungan kampus agar kita bisa memenangi pemilihan baik Presma, BEM ataupun HMJ?? Mungkin yang pertama kita harus mempunyai jaringan yang luas atau biasa disebut link, jaringan yang kita punyai haruslah diisi orang-orangnya mempunyai kemampuan untuk mengajak orang lain mengikuti apa yang kita mau, kedua mungkin image kita harus benar-benar image yang positif agar para voter yang “mengambang” itu bisa beralih ke kita, lalu yang ketiga memilih pendamping atau wakil yang pas dan jangan asal memilih tetapi untuk wakil tidak terlalu masalah ketika calon ketuanya sudah mumpuni, lalu berikutnya pastikan bahwa lumbung-lumbung suara yang kita punyai tidak terpecah, dan berikutnya buatlah visi misi yang bagus karena bagaimanapun visi misi di lingkungan kampus sangat dibutuhkan karena itu merupakan tolok ukur intelektualitas seorang calon dan yang terakhir buatlah para voters terkesan ketika anda berada di acara debat visi misi yang diselenggarakan oleh KPUM dan jangan sampai terlewatkan yang tidak kalah penting lainnya yaitu membaca peta kekuatan lawan karena kalau tidak mampu membaca kekuatan lawan maka semua yang kita lakukan akan sia-sia.

Lalu pertanyaan yang esensial adalah apakah mahasiswa dituntut untuk mempunyai keahlian dan pengalaman di bidang politik? Atau mahasiswa harus mempunyai pengalaman di bidang lain seperti penelitian dan sebagainya, atau mungkin mahasiswa hanya wajib mempunyai keahlian dan pengalaman bekerja? inilah pertanyaan yang sebenarnya patut dipertanyakan kepada mahasiswa dan mungkin akan di jawab ketika kita terjun di dunia nyata. Semoga apa yang dilakukan seluruh mahasiswa Indonesia dengan apapun peranannya bisa membuat Indonesia lebih disegani baik oleh bangsanya sendiri ataupun oleh bangsa lain didunia.
Selengkapnya...

|Home