gdpermana' blog

"The Simple Blog..."

7:40 AM

Mereka Bilang Gaya Nyeleneh

Diposkan oleh Admin


Terkenang saat...

Ada hari-hari ketika aku berdiri di tepi sebuah ngarai, nyaris jatuh ke kedalaman ‘tuk menjadi diriku atau menjadi seseorang yang tak bisa betul-betul kuyakini siapa; seseorang yang kumohon tidak pernah mewujud lagi. Inilah epos-epos terburukku. Gelap, kasar, mengejutkan dan berbahaya. Memaksaku untuk menyatakan penyerahan, memasuki jurang nan dalam.

Ada juga hari-hari ketika aku berdiri di atas sebuah teras, siap dan mampu menyambut pandangan baru dan kesadaran yang bersih. Inilah hari-hari yang membuatku menyeluruh, karena mengarahkan aku pada pemahaman bahwa melihat ke belakang adalah tidak berarti akan kembali ke belakang.


Mengenangnya dapat mengajarkan siapa diriku dan membimbingku menuju diriku yang akan datang. Mengenangnya, dapat membebaskanku. Seringnya, aku berdiri di atas pembagian yang luar biasa, dengan hati-hati menyeimbangkan masa laluku dengan diriku hari ini. Aku suka cara itu. Aku menyukai kemampuanku mengunjungi kembali masa laluku, namun hanya ketika kubawa serta suatu tindakan behaviourisme klinis.


Aku tidak akan pernah kembali untuk melacak penyesalan, atau pikiran yang keliru atau salah arah. Aku sekadar memakai masa laluku sebagai katalis untuk pikiran yang sadar dan untuk apresiasi diri. Kendati semua ini telah berlangsung selama 38 tahun, tidak dapat kuekspresikan betapa lega kurasakan setelah akhirnya “kudapatkan diriku”.


Aku ingat, seorang laki-laki memberiku sebatang krayon hitam yang besar dan gemuk. Aku tahu, ia berharap kugunakan krayon tersebut sebagai pensil. Aku berpikir mengapa ia tidak memberiku pensil saja. Krayon itu terlalu buruk. Persegi. Semestinya, membulat. Juga terlalu besar untuk di pegang. Aku tidak suka dengan cara krayon itu menelusuri permukaan kertas vanilla, terlalu licin dan kotor.


Tapi tetap saja krayon tersebut kupakai. Ibuku telah mempersiapkan aku untuk kunjungan ini. Ia bilang, aku akan menjalani sebuah tes yang akan menginformasikan betapa pandainya aku. Ia memberitahuku agar tidak gugup. Ia menjanjikan es krim, aku tidak berpikir bahwa aku harus memegang krayon yang buruk ini. Tapi kulakukan semua itu. Aku melukis gambar-gambar kecil dan kalimat-kalimat yang dilingkari, dan membangun benda-benda dengan balok-balok. Aku tahu bahwa aku pandai dan aku tahu juga kalau tes itu betul-betul bodoh.


Ketika usiaku tiga tahun, orangtuaku mengetahui kalau aku tak seperti anak2 lain pada umumnya. Dokter anak yang merawatku menyarankan mereka menemui psikiater untuk mengevaluasi diriku. Beberapa pembicaraan dan tes IQ menyusul, dan diagnosisku pun diputuskan : aku berbakat sekaligus semaunya saja. Cerdas sekaligus manja. Dengan muatan pengetahuan seperti itu, orangtuaku mulai mengevaluasi anak mereka satu-satunya dengan tatanan cetakbiru yang baru. Sejak saat itu, apapun yang kulakukan sekadar di jelaskan secara efisien dengan sebuah anggukan, kedipan, dan kalimat renungan “well, dia memang sedikit manja”. Sedikit sekali yang mereka ketahui.


Memikirkan tahun-tahun awalku, aku terkenang pada hasratku yang luar biasa untuk menjauh dari teman-teman sebayaku. Aku lebih suka ditemani teman-teman imajinerku. Penny dan saudara lelakinya, johnna, adalah teman-teman terbaikku, kendati tak seorang pun melihat mereka kecuali aku. Ibu bilang, biasanya aku mendesak untuk memberi mereka sebuah tempat diatas meja, mengajak mereka dalam perjalanan mobil kami dan memperlakukan mereka seolah keberadaanya memang nyata. Aku ingat, aku pergi ke kamar ibu tanpa apa pun kecuali kotak terbuat dari foil timah dan penny serta Johnna. Bersama-sama, kami akan menata meja. Piring-piring, cangkir-cangkir, perangkat perak, piring besar perak, bahkan makanan. Aku tidak ingat pernah memainkan jamuan minum teh, yang kuingat hanya menyusun benda-benda yang dibutuhkan untuk sebuah jamuan teh.

To be continued......


Tony Attwood
Penulis Syndrom Asperger

Source Image : www.inspiredkidsmagazine.com

4 komentar:

Linda said...

wah cerita nya bagus banget...keep post yaa...

Anonymous said...

masa kecil memang masa yang takkan terlupakan, lucu polos dan ingin tau segala hal..ceritamu bagus lo..di tunggu lanjutannya ya

Admin said...

thanks mbak Li..

sedang di ketik mas..hehe thans for coment..

Anonymous said...

wah baru buka2 yang ini ternyata bagus juga ceritanya...